Kamis, 30 Juli 2015


Wenger sekali lagi membuktikan kejeniusan dalam menghasilkan bakat-bakat muda baru. Dibuktikan dalam ajang pre-season Emirates Cup yang dimana Arsenal menjuarai ajang tahunan tersebut setelah mengalahkan wakil Bundesliga, Wolfburg dengan skor satu kosong serta menghancurkan wakil Ligue 1, Lyon dengan skor cukup telah enam gol tanpa balas yang membuat wakil Laliga, Villareal tidak mampu mengejar poin yang diperoleh Arsenal karena kalah selisih gol walaupun sama-sama mengantongi dua kemenangan.
Ada beberapa pemain yang cukup menyita perhatian yaitu penampilan pemain-pemain muda Arsenal yaitu Chuba Akpom, Alex Iwobi dan Jeff Rene-Adelaide. Terutama untuk Jeff Rene-Adelaide, pemuda yang baru berusia 17 tahun itu berhasil menyabet gelar MOTM dan digadang-gadang akan menjadi calon penerus generasi Patrick Vierra dan Abou Diaby karena penampilan yang hampir dibilang mirip.
Berbeda nasib dengan seniornya, Yaya Sanogo. Sanogo menjalani musim 2015/2016 menjadi pemain pinjaman di Ajax Amsterdam yang sebelumnya juga menjadi pemain pinjaman di Cystal Palace. Pria kelahiran Massy, Perancis 22 tahun yang lalu ini didatangkan Wenger dari Auxerre secara gratis sebagai solusi dari kebuntuan penyerang di kubu Arsenal bersamaan dengan kedatangan Mesut Özil sekaligus memecahkan rekor nilai transfer klub.
Ada sesuatu yang salah dengan Sanogo, sebagai penyerang tunggal. Sanogo hanya membuat 1 gol dari 19 penampilannya untuk Arsenal dan dengan catatan hanya 8 kali tampil sebagai starter dan sisanya tampil sebagai pemain pengganti pada menit-menit pertandingan hampir usai. Tentu sangatlah aneh 1 gol selama 827 menit bermain sangatlah tidak ideal, Sanogo menjadi olokan bagi supporter lawan maupun pendukung Arsenal sendiri.
Bahkan menurut Whoscored.com statistic Sanogo amatlah buruk, rating yang dia terima sekitar 6,29 persen untuk pemain starter dan 6,08 persen untuk bermain sebagai pemain pengganti. Kelemahan bermainnya ada pada umpan passing, finishing, kontribusi dalam bertahan dan kelemahan yang paling menonjol adalah ke tidakmampuannya untuk menjaga bola tetap dikakinya selama mungkin. Tentu tidak semuanya negatif terhadap Sanogo, Sanogo mampu berduel dengan lawannya karena dianugerahi tinggi yang menjulang dan tentu Sanogo tidak suka diving.
Berbeda di Arsenal di Timnas Perancis U-21, Sanogo membuktikan kapabilitasnya sebagai penyerang yang haus gol. Begitu mudahnya melesakkan gol kejala lawan pada pertandingan persahabatan maupun pertandingan resmi.
Sempat mengejutkan di awal pre-season Emirates Cup tahun lalu dengan membuat empat gol terjaring ke gawang Benfica. Ini membuktikan terdapat bakat sembunyi yang tersimpan di dalam diri Sanogo, ini juga yang membuat Ajax berminat meminjamnya musim ini dan sementara itu De Boer mengungkapkan,” Saya rasa kami bisa memberikan kesempatan sekali lagi untuk dia menunjukkan bakatnya saat masih di Auxerre, dan Wenger belum mengetahui dia secara dalam bahwa Sanogo pemain papan atas”.
Sebagai fan Arsenal, saya masih memiliki keyakinan tersendiri terhadap Sanogo. Kemampuannya hanya perlu diasah lagi, bagi Wenger tentu ini hal biasa baginya mengasah pemain muda menjadi pemain bintang. Yang diperlukan dari Sanogo adalah kesempatan bermain dan kepercayaan fan dan club terhadap dirinya bahwa Wenger tidaklah salah memboyongnya ke Emirates Stadium. Beberapa fans berucap pada perayaan AFC Members’ Days musim lalu yang menampilkan pemain-pemain Arsenal yang berlatih serius di Emirates Stadium bahwa “Sanogo begitu mudah sekali memasukkan golnya, permainannya sangat atraktif dan menyatu dengan tim tetapi tidak diperlihatkan saat pertandingan resmi”.
Masih terdapat harapan di masa depan bagi Sanogo nanti di Arsenal atau mungkin kita masih ingat yang terjadi pada kejadian Francis Coquelin yang dipanggil kembali oleh Wenger dari masa peminjaman di Charlton Athletic dan menjadi pemain vital di kubu Arsenal. Berlalu biarkanlah berlalu pepatah yang cocok menggambarkan masa lalu Sanogo,  hanyalah wenger dan Sanogo yang dapat membuktikan bahwa dia layak menjadi pemain Arsenal.
Sumber : Wikipedia, Arsenal.com, Transfermarkt, Whoscored, About Sport, Goal.com
Penulis : Yusri Chanif Nazarudin

Posted on 07.32 by Unknown

No comments

Selasa, 28 Juli 2015


Senin 27 Juli 2015, Stoke city resmi mengumumkan mendapatkan winger Belanda dan juga Barcelona Ibrahim Afellay. Selama berkarir, Ibrahim Afellay telah bermain bagi klub Schalke, Olympiacos, PSV Eindhoven dan juga Barcelona. Afellay yang direkrut dari PSV Eidhoven pada tahun 2011 oleh Barcelona gagal menunjukkan peforma yang imprensif ketika masih memperkuat Barcelona sehingga ia gagal mendapatkan tempat di tim utama dan (hanya) malang melintang sebagai pemain pinjaman.

Stoke City mengkontrak Afellay dengan durasi dua tahun, pemain 29 tahun yang kontraknya bersama Barcelona habis pada musim panas ini menjadi pemain ke 8 yang dikontrak oleh Stoke pada musim ini, dan juga pemain ex-Barcelona yang pindah menyusul Bojan, Marc Muniesa dan Moha yang terlebih dahulu bermain di Britania Stadium.

Bahkan selaku Chief Eksekutif Tony Scholes bilang, “ Sudah bukan rahasia lagi Ibrahim (Afellay) diinginkan oleh beberapa klub dan kami senang bahwa memilih bergabung dengan kami”
“Dia sangat antusias dengan prospek bermain di Premier League dan fakta bahwa dia tahu sudah beberapa pemain yang dia kenal yang bermain di klub terlebih dahulu sehingga dia tidak masalah dan terbantu dengan proses adaptasinya”

Kepintaran Stoke City mendatangkan pemain yang (dulunya) berkualitas ke Britania Stadium seperti Peter Crouch, Shay Given, Bojan Krkić, Charlie Adam serta pemain pinjaman dari Chelsea seperti Victor Moses dan yang terbaru Marko van Ginkel sebagai kesepakatan pembelian Asmir Begovic.

Tidak melulu hanya bisa mendatangkan pemain yang (dulunya) berkualitas tetapi The Potters (panggilan klub Stoke City) juga menghasilkan pemain berkualitas yang mempunyai skill mempuni serta mempunyai nilai jual yang tinggi tentu menguntungkan pihak Stoke. Seperti Asmir Begovic (Chelsea), Steven N’Zonzi (Sevilla), Marko Arnautović, Mame Biram Diouf, serta kapten mereka Ryan Shawcross.

Mark Hughes yang puas dengan penampilan Bojan Krkić pada awal musim lalu meskipun sang pemain harus menepi karena cidera yang menimpanya hingga musim 2014/2015 berakhir, belum puas sampai disitu Sang manjer mengintai beberapa pemain muda potensial U-21 Barcelona yang sulit masuk kedalam tim utama seperti Adama Traore dan Sandro Ramirez.

Stoke City yang mengakhiri musim lalu dengan finish diposisi 9 klasemen liga inggris nampaknya mulai serius dalam perebutan tiket menuju eropa musim depan, Kabar terakhir Stoke City mengincar Xherdan Shaqiri walaupun sang pemain menolak mentah-mentah tawaran tersebut karena menganggap Stoke City hanyalah tim (gurem) biasa.

Mungkin Stoke City terbiasa dengan penolakan tersebut, pelatih mereka Mark Hughes mulai perlahan tapi pasti membuat Stoke City menjadi tim yang disenggani seperti Southampton yang mengawali musim lalu dengan fantastis yang mampu mengimbangi dan membungkam tim-tim besar seperti Chelsea, Manchester City, Liverpool, Arsenal bahkan Machester United. 

Dengan pemain (dulunya) berkualitas yang disingkirkan oleh tim awal mereka meskipun begitu, pada musim lalu mereka dapat menghancurkan Liverpool dikandang mereka dengan skor yang cukup fantastis 6 – 1 yang membuat penderitaan perpisahan Steven Gerrard dari Liverpool semakin lengkap. 

Tidak masalah bagi Stoke dianggap rumah kedua bagi pemain yang disingkirkan, toh! Lagipula Stoke City mendapatkan harga murah bahkan gratis dengan nilai value jual yang tinggi.

*ditulis dari berbagai sumber

Penulis: Yusri Chanif Nazarudin

Posted on 06.53 by Unknown

No comments

Senin, 12 Januari 2015

LTE (Long Term Evolution) atau yang lebih dikenal dengan 4G LTE merupakan sebuah standard komunikasi nirkabel berbasis jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSDPA untuk akses data kecepatan tinggi menggunakan telepon seluler mau pun perangkat mobile lainnya. LTE pertama kali ditemukan oleh Prof. Dr. Khoirul Anwar yang merupakan kebangsaan Indonesia  dan diaplikasikan oleh Teliasonera di Stockholm dan Olso pada desember 2009 yang lalu. disebut-sebut sebagai jaringan nirkabel tercepat saat ini, sebagai penerus jaringan 3G. LTE bahkan diklaim sebagai jaringan nirkabel yang paling cepat pertumbuhannya.
Indonesia merupakan pasar yang potensial untuk berkembangnya LTE di Indonesia, walaupun perkembangnya belum maksimal LTE diyakini akan sukses dan menjadi primadona tersendiri seperti pendahulu-pendahulunya karena jaringan yang berjalan di 1800MHz hingga 2,6 GHz ini menjanjikan kecepatan maksimum pada LTE bisa mencapai 299.6Mbps untuk mengunduh dan 75.4Mbps untuk mengunggah wow cukup cepat kan.
Hal yang tidak bisa diberikan operator di Indonesia karena lambatnya jaringan kecepatan internet. LTE bisa menjadi solusi akan keinginan jaringan internet yang cepat dan stabil agar tidak menghabiskan dan membuang-buang waktu. Selain itu, jaringan LTE didukung dengan jaman yang sudah modern yang dimana smartphone dan media sosial semakin marak dan menjadi hal yang wajib digunakan serta dipakai sehari-hari untuk kebutuhan hidup manusia dijaman modern ini.
Walaupun dipasarkan sebagai teknologi 4G, LTE yang dipasarkan sekarang belum dapat disebut sebagai teknologi 4G sepenuhnya. LTE yang di tetapkan 3GPP pada release 8 dan 9 belum memenuhi standarisasi organisasi ITU-R. Teknologi LTE Advanced yang dipastikan akan memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai teknologi 4G. Di Indonesia, operator pertama yang menggunakan teknologi 4G ini adalah Bolt yang diluncurkan oleh PT. Internux pada tanggal 14 November 2013 yang lalu.
Selain itu diperlukan biaya investasi yang mahal untuk  membangun insfraktruktur LTE itu sendiri. Kita ambil contoh yaitu adalah PT. Internux Untuk menyelenggarakan 4G Long Term Evolution (LTE), Internux mengeluarkan investasi senilai 550 juta dollar AS atau sekitar Rp 6,3 triliun, untuk menyewa menara BTS hingga menyediakan perangkat mobile wi-fi di pasar.
Ini bukanlah sebuah alasan untuk tidak menyelenggarakan jaringan LTE di Indonesia Menurut Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Setyanto P Santosa, sedikitnya ada empat tantangan yang harus dijawab dalam kerangka optimalisasi teknologi LTE di Indonesia agar bisa sukses.
Pertama, harus ada penentuan model berkelanjutan untuk pengembangan teknologi broadband di Indonesia dengan menitikberatkan partisipasi aktif sektor privat atau para pengusaha."Kemudian kedua, demi lancarnya penerapan LTE di Indonesia harus dicari cara paling ideal untuk menciptakan harmonisasi spektrum yang ada," kata Setyanto di sela LTE).Ketiga, perlu ditentukan cara mendorong agar pelaku industri lokal juga turut mendapatkan keuntungan dengan berkembangnya LTE, misalnya melalui pembukaan kesempatan akses dan penyediaan konten.Dan terakhir yang keempat, bagaimana mendorong agar industri manufaktur lokal bisa berkemampuan dan berkemauan untuk memproduksi perangkat CPE untuk 4G berbiaya rendah."Sebab dengan biaya rendah, harga murah, daya jangkau konsumen meningkat. Nah, opsi yang bisa diambil misalnya pemberian insentif kepada industri manufkatur lokal yang produksi Perangkat 4G murah," pungkasnya.
Sumber gan:


Posted on 05.30 by Unknown

No comments

Senin, 15 Desember 2014


YUNIANTA
Abstrak
Penelitian ini ditujukan untuk memanfaatkan limbah cair dari industri kakao sebagai bahan pembuatan nata. Penelitian dibagi dalam dua tahap yaitu tahap penjernihan limbah cair industri kakao dengan arang aktif pada tingkat pengenceran berbeda serta studi tentang pengaruh konsentrasi sumber karbon (gula) dan konsentrasi sumber nitrogen yang ditambahkan terhadap pembentukan pelikel nata. Konsentrasi arang aktif dan perlakuan pengenceran berpengaruh terhadap parameter yang terkait dengan kejernihan limbah. Perlakuan terbaik diperoleh dari perlakuan konsentrasi arang aktif 5% dengan pengenceran medium 1:3. Penelitian di tahap kedua dengan perlakuan pengaruh konsentrasi sumber karbon (gula sukrosa) dan sumber nitrogen menunjukan perlakuan terbaik diperoleh dari kombinasi perlakuan konsentrasi sukrosa 4% dan konsentrasi (NH4)2SO4 0,4%. Perlakuan terbaik ini memiliki nilai karakteristik produk nata meliputi rendemen: 83,87%; kadar air: 95,23%; serat kasar: 4,22%; kecerahan (L*): 42,87; tekstur: 0,01 mm/g.dt dan ketebalan: 2,42 cm.
kata kunci: limbah kakao, arang aktif, nata
Proses fermentasi pulp adalah merupakan proses yang utama dalam industri pengolahan biji kakao dan menentukan kualitas produk akhir. Tujuan dari fermentasi buah kakao adalah menghilangkan pulp, mematikan biji, membentuk warna dan calon flavor yang diinginkan serta memperbaiki rasa biji kakao. Penjernihan cairan pulp limbah industri kakao dengan arang aktif, selain akan mampu menghilangkan zat warna juga dapat menyerapsenyawa-senyawa nitrogen. Adapun pengenceran akan berakibat berkurangnya konsentrasi senyawa warna, gula dan senyawa nutrisi sumber nitrogen yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara penjernihan (perlakuan konsentrasi arang aktif dan faktor pengenceran) serta pengaruh konsentrasi gula dan sumber nitrogen terhadap kualitas nata yang dihasilkan.
Penelitian tahap I dilakukan dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua (2) faktor yang masing-masing faktor terdiri dari tiga (3) tingkat. Faktor 1 adalah konsentrasi arang aktif yang terdiri dari 3 tingkat konsentrasi yaitu 1%, 3% dan 5%. Faktor 2 adalah pengenceran yang terdiri dari pengenceran cairan pulp: air 3:1, 1:1 dan 1:3. Penelitian tahap II dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yang masing-masing faktor terdiri dari 3 tingkat: Faktor 1: konsentrasi sukrosa 2,0%, 4,0%, 6,0%, sedangkan Faktor 2 adalah konsentrasi amoniumsulfat 0,2%, 0,3%, 0,4%. Semua perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Pada penelitian tahap I dipelajari pengaruh tingkat pengenceran (3:1, 1:1, 1:3) dan konsentrasi arang aktif (1%, 3% dan 5%) terhadap sifat fisiko-kimia limbah cair kakao terjernihkan. Parameter yang diamati adalah kekeruhan, total padatan terlarut, kadar tannin, kecerahan, pH dan kadar gula total. Secara lengkap data penjernihan limbah cair kakao dapat dilihat di Tabel 2. Hasil analisis terhadap limbah cair kakao sebelum perlakuan adalah sebagai berikut: kekeruhan (ppm SiO2) 54,746, total padatan terlarut 22% Brix, kadar tannin sebesar 0,832%, kecerahan (L*)24,2; pH 3,5 dan kadar gula total 20,275%.
Dalam penelitian tahap kedua, limbah cair coklat hasil penjernihan di tahap pertama yang mempunyai kadar gula reduksi 11,476% digunakan sebagai bahan baku dalam proses fermentasi dengan menggunakan A xylinum untuk mendapatkan produk nata. Pada penelitian tahap kedua ini, dipelajari pengaruh perlakuan konsentrasi sukrosa 2%, 4% dan 6% dan perlakuan konsentrasi (NH4)2SO4 0,2%; 0,3% dan 0,4% terhadap beberapa parameter yang meliputi: kadar gula reduksi sisa medium fermentasi, ketebalan nata, kadar serat kasar nata dan rendemen nata.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi sukrosa berpengaruh sangat nyata (α = 0,01) terhadap gula reduksi sisa medium fermentasi berturut-turut sebesar 1,09%a; 1,34a%a; 2,16%b dan pengaruh nyata (α = 0,05) terhadap pH sisa fermentasi berturut-turut sebesar 3,15b, 3,0a dan 3,09ab.. Aktifitas A. xylinum selama proses fermentasi telah menghasilkan metabolit primer dalam bentuk selulosa maupun sekunder dalam bentuk asam asam organik dilakukan dengan menggunakan gula sebagai sumber karbon. Konsentrasi (NH4)2SO4 dan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap gula reduksi dan pH sisa medium fermentasi.
Perlakuan konsentrasi sukrosa 2%, 4% dan 6% berpengaruh sangat nyata (α = 0,01) pada ketebalan nata yang dihasilkan berturut-turut 1,71cma, 2,23cmb dan 1,92cmab. Data ketebalan nata tertinggi diperoleh pada konsentrasi sukrosa 4%. Dalam proses fermentasi tersebut, pertumbuhan bakteri A xylinum optimum memerlukan kadar gula reduksi kira-kira 19,48% dengan asumsi 4% sukrosa setara dengan 8% gula reduksi ditambah dengan kadar gula reduksi awal fermentasi 11,48%. Rendahnya ketebalan nata pada konsentrasi 6%, dimungkinkan karena kadar gula reduksi didalam medium sudah terlalu tinggi yaitu sekitar 23,48%. Berdasarkan hasil pengujian tiap parameter tersebut dengan menggunakan metode multiple atribute (Zeleny,1992), maka diperoleh informasi bahwa perlakuan terbaik diperoleh dari kombinasi perlakuan konsentrasi sukrosa 4% dan konsentrasi (NH4)2SO4 0,4%. Perlakuan terbaik ini memiliki nilai karakteristik produk yang meliputi rendemen 83,87%, serat kasar 4,22%; kecerahan (L*) 42,87; tekstur 0,01 mm/g.dt dan ketebalan nata 2,42 cm.
Limbah industri kakao dalam bentuk cairan pulp dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan nata de cacao. Diperlukan pengenceran dan penjernihan dengan menggunakan arang aktif sebelum digunakan sebagai media fermentasi nata. Terdapat interaksi nyata (α = 0,05) antar perlakuan konsentrasi arang aktif dan pengenceran pada tingkat kekeruhan dan warna kuning (b*) cairan limbah. Perlakuan terbaik diperoleh dari perlakuan konsentrasi arang aktif 5% dengan pengenceran medium 1:3. Perlakuan konsentrasi sukrosa dan (NH4)2SO4 memengaruhi secara nyata terhadap ketebalan, rendemen, kadar serat, kadar air dan tekstur nata, namun interaksi dari kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter-parameter tersebut. Perlakuan terbaik diperoleh dari kombinasi perlakuan konsentrasi sukrosa 4% dan konsentrasi (NH4)2SO4 0,4%.
DAFTAR PUSTAKA
Agyeman, K.O.G and Oldham, J.H., 1986. Utilization of Cacao By-product as an Alternatif Source of Energy Biomass. 10: 311–318.
Belitz, H.D. and Grosch, W., 1987. Food Chemistry. Springer Verlag. Berlin Hendelberg.
Effendi, S., 1995. Utilization of Cacao Sweatings for Nata Production Using Acetobacter Xylinum. Menara Perkebunan. 63(1): 23–26.
Lapuz, M.N., Bullardo, F.G. and Palo, M.A., 1967. The Nata Organism Cultural Requirment Characteristic and Identify. The Philipine Journal of Science. Vol. 9 (2).
Weber, J.T., 1977. Physicochemical Process for Water Quality Control. John Willey and Sons. New York.
Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Zeleny, M., 1992. Multiple Kriteria Decision Making. McGraw-Hill. New York.

Posted on 06.13 by Unknown

No comments

LUSI ZAFRIANA
ABSTRAK
Banyak material dalam jumlah besar seperti semen, garam, dan berbagai produk konsumsi primer menggunakan pengemasan tas plastik dari polypropylene. Karena ukuran pengemasan sangat bergantung pada kerapian jenis material, maka diperlukan optimalisasi desain dari ukuran ukuran tas plastik berdasarkan jenis material (kerapatan jumlah besar) dan bobot kerapian produk. Aplikasi algoritma matematik sederhana, di mana ukuran volume karung akan dirubah menjadi bobot jumlah material, maka optimisasi dari panjang dan lebar karung akan sesuai dengan berat jenis material yang diisikan ke dalam pengemasan dapat ditentukan. Menggunakan metode trial error, nilai l (lebar) dan p (panjang) tas plastik, maka dapat diperkirakan tas plastic dapat menampung material seberat m kilogram.
Kata Kunci: ukuran optimal, bobot isi, bobot curah

Bahan-bahan curah di sekitar kita, seperti beras, garam hingga bahan-bahan seperti semen, dan lain-lain biasa dikemas dalam wadah karung plastik. Karung plastik ini biasanya dibuat dari bahan disesuaikan dengan jenis bahan yang akan diisikan. Dengan rumusan yang diperoleh maka penetapan ukuran karung untuk kemasan bahan curah tertentu, di mana selama ini belum diketahui ukuran karungnya, bisa dilakukan secara mudah dan cepat. Ukuran karung woven yang sesuai akan sangat tergantung pada jenis bahan curah yang akan diisikan ke dalamnya. Pada penelitian ini akan diungkap suatu cara untuk menghitung dimensi karung yang optimal.
Dalam mendesain kemasan karung yangoptimal, maka dibutuhkan rumus perhitungan dimensi karung. Yang menyebabkan penentuan dimensi karung menjadi sulit ialah karena karung hanya punya dua ukuran, yaitu lebar dan panjang saja. Tidak ada parameter tebal karung, sehingga volume karung tidak bisa dihitung dengan rumus volume biasa yaitu .
Dengan rumus yang diperoleh, dicoba-coba nilai l dan p sedemikian sehingga karung akan mampu memuat bahan seberat m kg. Sebagai contoh, bila diinginkan mendisain karung untuk mengemas beras kering 20 kg dengan Bd ≈ 0,8 kg/liter, maka menggunakan Algoritma pada Gambar 4, diperoleh hasil perhitungan seperti terlihat pada Gambar 5, di mana karung dengan lebar 43 cm dan panjang 75 cm cukup untuk mengemas beras 20 kg.
Dimensi karung (lebar dan panjang) yang sesuai sebagai pengemas suatu bahan dengan berat tertentu bisa ditentukan dengan perhitungan matematis dengan menghitung nilai volume bahan (p × l) yang akan dikemas dan disesuaikan dengan bulk density dari bahan yang dikemas untuk menentukan berat optimal yang bisa dimuat karung tersebut. Dengan perhitungan volume (p × l) yang dikonversikan pada ukuran berat maksimal yang bisa ditampung karung, maka desain kemasan karung yang dibuat akan mampu mengakomodasi volume maksimal tanpa merusak karung akibat beban berlebih.

DAFTAR PUSTAKA
Stewart, J. 2000. Kalkulus Universitas, Balai Pustaka, Jakarta.
Taha, H.A. 1996. Operations Research: An Introduction, sixth Edition, Prentice Hall, New York.
Tri Polyta Indonesia, Tbk. 2008. Buku Saku Plastik, Klaten.
Vosniakos CC, Davies BJ. 1989. On the path layout and operation of an AGV system serving an FMS. The International Journal of Advanced Manufacturing Technology; 4: 24–362.
Y. Pochet and L.A. Wolsey. 1993. Lot sizing with constant batches: Formulation and valid inequalities, Mathematics of Operations Research 18, 767–785.



Posted on 06.12 by Unknown

No comments

TEGUH BAROTO* DAN CHANDRA PURBOHADININGRAT
ABSTRAK
Melihat persaingan semakin ketat di antara perusahaan penyedia jasa pembayaran online (seperti listrik, air, dan telepon), hal ini yang membuat pentingnya strategi untuk meningkatkan daya saing PT X Malang. Cara terbaik dalam meningkatkan persaingan adalah dengan melibatkan langsung faktor-faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis SWOT dan QSPM digunakan dalam penelitian ini untuk merumuskan dan memilih strategi yang tepat untuk daya saing perusahaan. Dari hasil analisis matriks SWOT dirumuskan empat strategi SO, lima strategi WO, tiga strategi ST, dan dua strategi WT. Dalam diagram kartesius posisi perusahaan berada pada strategi WO. Berdasarkan hasil perhitungan matriks QSPM, prioritas pemilihan strategi WO secara berturut-turut adalah penambahan feature-feature produk pelayanan jasa dengan bobot 4,75; memanfaatkan fasilitas internet dalam kegiatan promosi dan pemasaran dengan bobot 3,88; memanfaatkan jaringan instansi pemerintahan dan perusahaan lain secara maksimal dengan bobot 3,84; meningkatkan fasilitas pelayanan loket-loket kios pembayaran online dengan bobot 3,77; dan membuat rencana kerja yang sistematis dengan bobot 3,58.
Kata kunci: strategi bisnis, analisis SWOT, matriks QSPM

Selama ini perusahaan masih memiliki kelemahan di faktor internal dan eksternal dalam menghadapi persaingan bisnis dengan perusahaan lain seperti contohnya Translink yang saat ini mempunyai kekuatan internal seperti produk yang ditawarkan lebih banyak (finance, tiket pesawat, pulsa all operator), sehingga perusahaan perlu melakukan evaluasi dan identifikasi faktor internal dan eksternal secara detail agar perusahaan memahami kekuatan dan kelemahan internal perusahaan serta mengetahui peluang serta ancaman dari perusahaan pesaing. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini memberikan gambaran pada perusahaan untuk melakukan strategi bisnis yang maksimal dalam menghadapi persaingan. Matriks faktor internal dan eksternal, Matriks SWOT, dan QSPM (Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif) adalah tiga tahapan metode alternatif yang bisa menjawab atas permasalahan tersebut.
Perumusan strategi peningkatan daya saing dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Sedangkan pemilihan strategi akhir ditentukan berdasarkan prioritas dari hasil QSPM. Hasil analisis SWOT akan digunakan dalam pemilihan strategi yang tepat dengan menggunakan QSPM. Matriks QSPM merupakan alat analisis yang digunakan dalam tahap keputusan. QSPM menggunakan masukan dari matriks IFE dan EFE pada tahap input, serta matriks IE dan SWOT pada tahap pencocokan untuk memutuskan strategi mana yang terbaik. Strategi yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan dalam penetapan kebijakan strategi untuk pengembangan usaha.
Berdasarkan kuadran SWOT yang ditunjukkan pada Gambar 2, posisi PPOB KIPO Malang berada pada kuadran II dengan posisi pada sumbu x sebesar 2,37. Sumbu x merupakan representasi dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PPOB KIPO Malang. Sedangkan sumbu y ditunjukkan dengan nilai 3,02 yang merupakan representasi dari peluang dan ancaman yang dihadapi PPOB KIPO Malang. Maka pada posisi ini, PPOB KIPO Malang berada pada posisi strategi W-O (kelemahan-peluang) di mana perusahaan menghadapi peluang yang cukup besar sebaliknya disisi lain memiliki kendala berupa kelemahan secara internal.
Berdasarkan hasil Matriks QSPM pada Tabel 8, mengindikasikan bahwa perusahaan perlu melakukan beberapa prioritas strategi yang diurutkan sebagai berikut: Prioritas 1, penambahan feature-feature produk pelayanan jasa (pulsa all operator, PDAM, tiket online) dengan nilai TAS sebesar 4,75. Yang berarti bahwa strategi ini untuk menetapkan apa yang menjadi produk unggulan, produk kompetitif, produk baru, sesuai dengan kompetensi pokok yang dimiliki. Prioritas 2, memanfaatkan fasilitas internet dalam kegiatan promosi dan pemasaran dengan nilai TAS sebesar 3,88. Strategi promosi, strategi ini merupakan kelanjutan dari pemasaran dan produksi, di mana promosi apa yang hendak diluncurkan, media apa yang akan digunakan untuk promosi dan sebagainya. Prioritas 3, memanfaatkan jaringan instansi pemerintahan dan perusahaan lain secara maksimal dengan nilai TAS sebesar 3,84. Strategi ini menunjukkan strategi fungsional lainnya, ini berkaitan dengan pihak luar seperti supplier, konsultan, pemerintah dan lain sebagainya. Prioritas 4, meningkatkan fasilitas pelayanan loket-loket KIPO dengan nilai TAS sebesar 3,77. Termasuk dalam strategi sumber daya manusia (SDM), merupakan strategi yang penting dan harus mencakup seluruh fungsi manajemen. Pemilihan SDM yang tepat dan berkompeten pada bidang yang tepat sangat diperlukan guna memberikan pelayanan. Prioritas 5, membuat rencana kerja yang sistematis dengan nilai TAS sebesar 3,58.
Dengan menggunakan analisis SWOT maka menghasilkan 4 alternatif strategi yaitu S-O (meningkatkan mutu serta layanan kualitas, meningkatkan jumlah loket dengan fasilitas yang bagus, mampu menjangkau daerah pelosok, menjaga kepercayaan loket), strategi (mengembangkan strategi pemasaran yang baik sesuai dengan visi misi, memanfaatkan jaringan untuk menambah kualitas pelayanan, meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap pelayanan KIPO), strategi W-O (menambah feature-feature produk pelayanan jasa, memanfaatkan fasilitas internet dalam kegiatan promosi dan pemasaran, membuat rencana kerja yang sistematis, memanfaatkan jaringan instansi pemerintah dan perusahaan lain secara maksimal, meningkatkan fasilitas pelayanan loket-loket KIPO), Strategi W-T (mengamati dan menganalisis perubahan yang dilakukan kompetitor, lebih memperhatikan kualitas mutu dan pelayanan terhadap konsumen). PPOB KIPO Malang akan menggunakan strategi W-O berdasarkan posisi perusahaan dalam kuadran SWOT yang berada pada kuadran II. Prioritas strategi yang harus dijalankan oleh PPOB KIPO Malang adalah menambahkan feature-feature produk pelayanan jasa.

DAFTAR PUSTAKA
David, F.A., 2003. Manajemen Strategi, Jakarta: Pearson Education Asia Pte Ltd dan PT Prehallindo.
David, M.E., David, R.F., and David, F.R., 2009. The Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Applied to Retail Computer Store, The Coastal Business Journal, 8 (1), 42–52.
Dyson, R.G., 2000. Strategy, Performance and Operational Research, Journal of the Operational Research Society, 51, 5–11.
Gao, C-Y., and Peng, D-H., 2011. Consolidating SWOT Analysis with Non Homogeneous Uncertain Preference Information, Knowledge-Based Systems, 24 (6), 796–808.
Houben, G., Vanhoof, K., and Lenie, K., 1999. A Knowledge-Based SWOT-Analysis System as an Instrument for Strategic Planning in Small and Medium Sized Enterprises, Decision Support Systems, 26, 125–135.
Rego, G., and Nunes, R., 2010. Hospital Foundation: a SWOT Analysis, ibusiness, 2, 210–217.

Tan, T.T.W., and Ahmad, Z.U., 1999. Managing Marketing Intelligence: an Asian Marketing Research Perspective, Marketing Intelligence & Planning, 17 (6), 298–306.

Posted on 06.10 by Unknown

No comments

MURIANI EMELDA ISHARYANI, MUHAMMAD YUDA ANANTA, DEASY KARTIKA RAHAYU K
ABSTRAK
Beberapa masalah yang terjadi pada industri amplang Samarinda menuntut perlunya diketahui indikator dan faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan peningkatan daya saing industri amplang Samarinda. Identifikasi dan analisis dilakukan dengan metode Structural Equation Modelling (SEM) terhadap indikator dan faktor dari model Diamond Porter. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua indikator yang menyusun dan membentuk setiap faktor dari model Diamond Porter terbukti mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap masing-masing faktornya. Setiap indicator terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan dan peningkatan daya saing industri amplang Samarinda. Faktor-faktor dari model Diamond Porter secara positif dan signifikan terbukti berpengaruh terhadap pertumbuhan dan peningkatan daya saing industri amplang Samarinda. Dari faktor-faktor maupun indikator-indikator yang berpengaruh tersebut, dapat diidentifikasi bahwa faktor kondisi dan sumber daya serta indikator ketersediaan sumber daya modal merupakan faktor dan indikator yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan peningkatan daya saing industri amplang Samarinda.
Kata kunci: industri amplang, pertumbuhan dan peningkatan daya saing, model diamond porter, SEM
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui indikator-indikator dan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan peningkatandaya saing industri amplang di Samarindayang diharapkan dapat memberikan suaturekomendasi yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan meningkatkan daya saing industri amplang di Samarinda. Metode Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor beserta indikator dari model Diamond Porter terhadap pertumbuhan dan peningkatan daya saing industri amplang di Kota Samarinda.
Salah satu IKM yang cukup berkembang pesat di Samarinda adalah industri makanan amplang yaitu makanan ringan yang terbuat dari bahan baku ikan berbentuk bulat dan berwarna putih kecoklat-coklatan. Saat ini telah banyak IKM yang didirikan oleh masyarakat dan bergerak dalam industri produksi ataupun penjualan produk amplang. Dari wawancara dengan beberapa para pengusaha amplang diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada IKM produk amplang ini khususnya terkait dengan problematika daya saing, seperti biaya produksi yang terus meningkat sehingga produk yang ditawarkan harganya tinggi, kapasitas penjualan masih terbatas, masalah kaderisasi IKM, segala aktivitas penjualan dan promosi yang masih dipegang sendiri oleh pemilik usaha, serta adanya permasalahan ketersediaan bahan baku utama yang semakin lama semakin sulit dicari.

Analisis pengaruh indikator terhadap factor dalam hal ini bisa disebut dengan analisis outer model. Pada dasarnya, analisis outer model merupakan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap variabel-variabel yang diukur. Terdapat tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu convergent validity, discriminant validity, dan composite reliability.
1. Convergent Validity
Convergent validity bertujuan untuk memvalidasi apakah semua item-item yang menjadi indikator dari suatu konstruk mempunyai hubungan yang signifikan dengan konstruknya, yang dinilai dari besarnya nilai faktor loading masing-masing indicator terhadap konstruknya. Terlihat pada Tabel 1 bahwa semua indicator memiliki nilai faktor loading > 0,7 maka dapat disimpulkan bahwa indikator pada factor memiliki hubungan korelasi yang positif dan signifikan dengan konstruknya serta memiliki validitas konvergen yang baik yang artinya semua indikator-indikator mampu mengukur atau menjadi alat ukur yang tepat dan cermat terhadap masing-masing faktornya (valid).
2. Discriminant Validity
Discriminant validity berguna untuk menilai apakah konstruk memiliki validitas diskriminan yang memadai yaitu dengan cara membandingkan korelasi antara indicator dengan konstruknya harus lebih tinggi dibandingkan korelasi dengan konstruk lainnya. dapat dilihat pada Tabel 3, di mana semua konstruk memiliki nilai AVE > 0,5 yang menunjukkan bahwa setiap faktor telah mampu memprediksi faktor loading indikatorindikator yang berkorelasi dengannya lebih baik dibanding faktor lainnya.
3. Composite Reliability
Composite Reliability digunakan untuk mengukur internal consistency dari sebuah blok konstruk.
Secara umum terlepas dari kondisi factor sumber daya dan ketersediaan sumber daya modal merupakan faktor dan indikator yang paling berpengaruh berdasarkan dari hasil penelitian ini, namun seluruh faktor dan indikator yang ada harus tetap dipertimbangkan bersama oleh seluruh lapisan stakeholders terkait karena semua faktor dan indikator terbukti secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan peningkatan daya saing industri amplang Kota Samarinda.
Berdasarkan analisis inner model, faktor-faktor dari model Diamond Porter yang memengaruhi pertumbuhan dan peningkatan daya saing industri amplang Kota Samarinda secara positif dan signifikan adalah faktor kondisi, faktor sumber daya, faktor kondisi permintaan, faktor industri pendukung dan industri terkait, faktor struktur pasar, persaingan, dan strategi perusahaan, faktor peran pemerintah, serta faktor kesempatan. Menurut para pengusaha penjualan amplang di Kota Samarinda, factor dan indikator yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan peningkatan daya saing industri amplang Kota Samarinda adalah factor kondisi sumber daya dan indikator ketersediaan sumber daya modal.

DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Samarinda, http://bappeda.samarindakota.go.id/profil_05.php, diakses tanggal 20-10-2013 pukul 13.34 WITA.
Ghozali, I. dan Fuad, 2006. Structural Equation Modeling, Teori Konsep dan Aplikasi, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I., 2011. Structural Equation Modelling: Metode Alternatif dengan Partial Least Square, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair Joseph F.JR, Anderson Rolp E., Tatham Ronald L., Black C. William, 2006. Multivariate Data Analysis, 6th Edition, Pearson Education Inc.
Handayani, N.U., Santoso, H., dan Pratama, A.I.., 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Daya Saing Klaster Mebel di Kabupaten Jepara, Jurnal Teknik Industri, 13 (1), 22–30.
Porter, M., 1990. The Competitive Advantage of Nations, New York: Free Press.
Rozandy, R.A., Santoso, I., Putri, S.A., 2013. Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Teknologi dengan Menggunakan Partial Least Square (Studi Kasus: Sentra Industri Tahu Desa Sendang Kec. Banyakan Kediri. Jurnal
Industria, 1 (3), 147–158.
Shanmugam, K.R., and Bhaduri, S.N., 2002. Size, Age and Firm Growth in the Indian Manufacturing Sector, Applied Economics Letters.
Susanty, A., Handayani, N.U., dan Jati, P.A., 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Klaster Batik Pekalongan (Studi Kasus Pada Klaster Batik Kauman, Pesindon dan Jenggot), J@ti Undip, VIII (1).
Susilo, S., 2007. Pertumbuhan Usaha Industri Kecil-Menengah (IKM) dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya. Eksekutif: Jurnal Nasional Manajemen Bisnis. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBMT, 4 (2), 306–313.


Posted on 06.09 by Unknown

No comments